Friday, December 31, 2010

akhir tahun ketiga

Saya ingat saat pembagian rapor di SMP, kelas dua, wali kelas saya (yang notabene adalah seorang guru Bahasa Inggris dan orangnya sedikit mbencekno tapi mengagumi saya -mwahahaha-) berpesan pada ibu saya supaya memotivasi saya untuk lebih banyak bermain dan bergaul. Ibu dan saya cuma mentertawakan ide-nya. Beruntunglah saya memiliki ibu yang tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk jadi pribadi yang bukan diri mereka sendiri. Hal yang sama berulang ketika saya mengambil rapor Esha tanggal 24 Desember kemarin. Gurunya bilang Esha adalah anak yang, meskipun tekun dan hampir selalu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, pendiam dan lebih suka komunikasi personal.

Di kolom konsultasi orangtua di koran langganan, saya beberapa kali membaca surat yang judulnya "jago kandang". Isinya tentang keinginan orangtua untuk memotivasi anaknya untuk lebih berani dan percaya diri di luar rumah ketika bertemu dengan orang-orang baru atau crowd yang besar. Saran sang psikolog anak selalu sama: ajaklah anak untuk lebih sering bertemu dengan kelompok-kelompok yang bukan anggota keluarga tapi tetaplah hargai karakternya selama tidak berkembang menjadi sikap yang negatif.

Saya tidak akan melabeli Esha dengan istilah "jago kandang". Kedengarannya tidak enak meskipun untuk beberapa orang mungkin lucu. Pendiam, introvert, personal bukan karakter yang buruk, menurut saya, selama dia tidak berubah jadi murung dan berhenti berkomunikasi dan/atau berbagi emosi dengan ayah dan ibunya. Saya tidak akan memaksanya untuk jadi hingar bingar diluar rumah kalau memang dia tidak nyaman dengan kondisi itu. Karena saya sangat tau seperti apa rasanya tidak ingin membangun lingkaran pertemanan yang besar atau berbicara di tempat-tempat yang tidak click.

Akhir tahun ini Esha memulai tahun keempatnya. Dia mulai membangun karakternya dan tanggung jawab kami sebagai ayah dan ibunya semakin besar. Esha mulai pandai berargumen, menolak dengan keras, dan tau fakta apa yang masuk akal. Saya tidak bisa lagi menyodorkan alasan-alasan konyol untuk membuat dia mau melakukan kewajibannya karena dia akan tau saya berbohong. Sangat memalukan, kan? Kami harus logis tapi tetap tenang saat dia mulai jadi rebel. Harus tegas tapi tidak keras jika dia mulai meminta yang tidak mungkin.
Kami harus kuat, sabar, dan bijaksana.

Esha sudah semakin besar sekarang. Sebentar lagi dia akan punya pendiriannya sendiri dan kalau kami tidak tetap membuatnya dekat dan percaya, mungkin dia akan melakukan sendiri apa yang menurutnya benar.

Semoga Tuhan selalu menjaga keluarga kami.

0 comments:

Halaman-halaman Lain...

 

Blog Template by YummyLolly.com - RSS icons by ComingUpForAir