Friday, December 31, 2010

awal tahun keempat

Ayah punya resolusi.

Ibu punya rencana-rencana.

Esha juga punya yang baru untuk tahun depan :)
Saya akan memulai photo journal untuk Esha mulai tanggal 1 Januari besok. Kalau saya bisa memotret diri saya sendiri setiap hari selama satu tahun, saya pasti bisa melakukan hal yang sama -bahkan lebih baik- untuk menyimpan hari-hari gadis kecil saya selama 365 hari. Satu foto dan satu catatan setiap hari tentang kegiatan Esha.

photo journal ini akan saya post di: http://petiteayesha.tumblr.com
follow her if you feel like it :)

akhir tahun ketiga

Saya ingat saat pembagian rapor di SMP, kelas dua, wali kelas saya (yang notabene adalah seorang guru Bahasa Inggris dan orangnya sedikit mbencekno tapi mengagumi saya -mwahahaha-) berpesan pada ibu saya supaya memotivasi saya untuk lebih banyak bermain dan bergaul. Ibu dan saya cuma mentertawakan ide-nya. Beruntunglah saya memiliki ibu yang tidak pernah memaksa anak-anaknya untuk jadi pribadi yang bukan diri mereka sendiri. Hal yang sama berulang ketika saya mengambil rapor Esha tanggal 24 Desember kemarin. Gurunya bilang Esha adalah anak yang, meskipun tekun dan hampir selalu mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik, pendiam dan lebih suka komunikasi personal.

Di kolom konsultasi orangtua di koran langganan, saya beberapa kali membaca surat yang judulnya "jago kandang". Isinya tentang keinginan orangtua untuk memotivasi anaknya untuk lebih berani dan percaya diri di luar rumah ketika bertemu dengan orang-orang baru atau crowd yang besar. Saran sang psikolog anak selalu sama: ajaklah anak untuk lebih sering bertemu dengan kelompok-kelompok yang bukan anggota keluarga tapi tetaplah hargai karakternya selama tidak berkembang menjadi sikap yang negatif.

Saya tidak akan melabeli Esha dengan istilah "jago kandang". Kedengarannya tidak enak meskipun untuk beberapa orang mungkin lucu. Pendiam, introvert, personal bukan karakter yang buruk, menurut saya, selama dia tidak berubah jadi murung dan berhenti berkomunikasi dan/atau berbagi emosi dengan ayah dan ibunya. Saya tidak akan memaksanya untuk jadi hingar bingar diluar rumah kalau memang dia tidak nyaman dengan kondisi itu. Karena saya sangat tau seperti apa rasanya tidak ingin membangun lingkaran pertemanan yang besar atau berbicara di tempat-tempat yang tidak click.

Akhir tahun ini Esha memulai tahun keempatnya. Dia mulai membangun karakternya dan tanggung jawab kami sebagai ayah dan ibunya semakin besar. Esha mulai pandai berargumen, menolak dengan keras, dan tau fakta apa yang masuk akal. Saya tidak bisa lagi menyodorkan alasan-alasan konyol untuk membuat dia mau melakukan kewajibannya karena dia akan tau saya berbohong. Sangat memalukan, kan? Kami harus logis tapi tetap tenang saat dia mulai jadi rebel. Harus tegas tapi tidak keras jika dia mulai meminta yang tidak mungkin.
Kami harus kuat, sabar, dan bijaksana.

Esha sudah semakin besar sekarang. Sebentar lagi dia akan punya pendiriannya sendiri dan kalau kami tidak tetap membuatnya dekat dan percaya, mungkin dia akan melakukan sendiri apa yang menurutnya benar.

Semoga Tuhan selalu menjaga keluarga kami.

Tuesday, December 28, 2010

all the funny faces

yeah, she loves doing it :)

.

the top two were taken when we had a lunch in a foodcourt. i showed her a candid snapshot of her funny face then she asked me to do some more. only it wasn't candid anymore :))

the bottom two were taken when she couldn't fall asleep for her nap. we played around with 'Esha and the three bears' story (yes, originally Goldilocks :p ) then she just improvised :))

"batita" no more...

She's three years old now. Smarter, more complex, a better speaker, a faster thinker... Am trying not to worry too much about the changes in her emotion (been very cranky since her birthday) and to keep taking it as a 'bridge' to her new age. A transition.

Yes, she's training me to be a wiser and more patient parent. Thank God.


Wednesday, October 27, 2010

percakapan2 lucu dengan Esha

(suatu siang, ketika sudah saatnya tidur, Esha minta chokichoki...)
saya: "tidak. nanti sore aja. sekarang bobo dulu."
(lalu saya tinggal dia ke kamar mandi. waktu saya kembali lagi, dia sedang duduk di pinggir tempat tidur masih sambil menggenggam chokichoki-nya.)
Esha: "bu, ibu baik nggak?"
saya: "menurut Esha, gimana?"
Esha: "baiiiik sekali."
saya: (terharu, tersenyum lebar) "makasih ya, sayang."
Esha: (sambil menunjukkan chokichoki) "jadi Esha boleh ya makan ini?"
- glodak! -

(saya sedang memperhatikan Esha menggambar)
Esha: "sekolahan ibu dimana?"
saya: "di... sini (sambil menyentuh dada Esha). you're my school (tersenyum)."
Esha: "lho kok? bukaaaaannn. dalemnya Esha ini tulang."
saya: (berkata dalam hati) "my bad..."
(maksud hati bermain drama, apa daya salah masa. heuaheuau...)

(suatu pagi, ketika sedang mendung)
Esha: "bu, goyangan ibu mana?"
saya: "goyangan apa, Sha?"
Esha: "yang di tembok."
saya: "he? emang ibu pernah goyang di tembok?"
Esha: "goyangaaaan. kalo ada Mister Sun, ada goyangan ibu di tembok."
saya: "oalaaaaah... itu BAyangan, Sha. bukan GOyangan."

hihi. masih banyak lagi obrolan-obrolan lainnya. Esha memang teman ngobrol yang menyenangkan dan lucu. biasanya di akhir percakapan, saya akan menggigit lengannya karena gemas dan dia akan cemberut lalu bilang, "jangan digigit, buuuu. Esha kan bukan makanan."

Thursday, October 21, 2010

orangtua yang istimewa untuk anak-anak istimewa

ketika saya mulai mengeluh "capek." dengan segala kegiatan harian; mulai dari mengurus Esha sampai pekerjaan rumah yang kadang-kadang bisa berjejalan penuh sampai badan tidak berhenti bergerak, seharusnya saya bercermin pada teman-teman saya yang juga sudah menjadi ibu dan -terlebih lagi- dikaruniai anak-anak yang istimewa.

kami sering mengobrol lewat e-mail dan comments di facebook, dan saya jadi pengikut setia status-status mereka ketika mengantarkan anaknya terapi dan pulangnya masih harus melakukan pekerjaan rumah sambil mengurus usaha online lalu harus rajin melatih anak-anak mereka di rumah kemudian dengan giat mengikuti berbagai seminar untuk bisa jadi guru terbaik buat anak-anak mereka. hampir tidak ada waktu untuk diri mereka sendiri dan apa pernah mereka berteriak "aku capeeeek!" di status? tidak. kalau mulai diserbu rasa putus asa, yang mereka bilang adalah, "terimakasih Tuhan, aku masih diingatkan untuk selalu sabar, bersyukur, dan ikhlas." dibandingkan mereka, apa yang saya jalani setiap hari jauuuuh lebih ringan.

sambil bersyukur dalam-dalam, saya cuma bisa menyemangati mereka dari jauh. apa saya bisa sekuat mereka kalau ada di posisi yang sama? sementara dikasih "capek" sedikit saja sudah cemberut dan uring-uringan. memang Tuhan Maha Adil, semua dapat porsinya masing-masing. porsi yang paling pas. Dia Maha Tahu kekuatan setiap ibu di dunia ini, dan untuk setiap dari mereka dititipkanlah anak-anak yang paling sempurna untuk kadar mereka. lalu kenapa saya masih sering lupa bersyukur? :'(

tapi, buat saya - selalu -, semua ibu tidak harus selalu jadi kuat atau dilarang menunjukkan emosinya. it's alright to be human. sometimes.

Tuesday, October 19, 2010

my sleeping child

"You're my sleeping child. The world's so wild, but you've built your own paradise..."



mari kita awali dengan lagu ini :D
saya sangat menikmati momen melihat Esha sedang tidur. meskipun saya sudah melihatnya sejak dia baru lahir, mulai dari inkubator sampai sekarang sudah memenuhi seperempat kasur ukuran queen, melihatnya tidur nyenyak adalah hal yang sangat menenangkan. betapapun bandelnya dia hari itu dan semarah apapun saya padanya, ketika melihat dia sudah terlelap, semua jengkel dan kesal menguap begitu saja. bahkan, kadang-kadang saya menangis saat lihat dia tertidur setelah saya omeli. begitu innocent dan membuat saya tertampar karena sudah jadi ibu yang grumpy dan tidak sabaran. she doesn't have to do or say anything more than just to sleep tight to kill my negative self.

saya yakin semua ibu juga merasakan hal yang sama saat melihat anak mereka tidur nyenyak. lega, tenang... berharap sakit, demam, nyamuk, mimpi buruk, dan hal buruk apapun tidak pernah membuat mereka gelisah sepanjang malam atau bahkan tidak bisa tidur samasekali.

ketika Esha tidur nyenyak, saya bisa mengalir di nafasnya yang tenang teratur. dua matanya yang terkatup membuat wajah mungilnya semakin cantik. saya biasa mengusap-usap keningnya dan menciumi pipinya pelan-pelan. anak-anak yang tertidur mengeluarkan aroma yang begitu enak yang tidak ada duanya.

dan, salah satu tanda anak bergizi baik adalah tidur selalu nyenyak :)

Wednesday, September 8, 2010

menikmati liburan :)

senangnya liat Esha bisa bersenang-senang di bandung. terakhir kali berkunjung - yang adalah waktu dia ulangtahun ke-2, desember tahun lalu - dia tidak begitu antusias. tapi kali ini, dia sangat all-out! hahaha. tidak butuh banyak waktu untuk beradaptasi, tidak ada tangisan panjang tiap kali disapa, dan dia jadi dirinya sendiri sepanjang waktu: cerewet, tidak mau duduk diam, banyak tanya, dan mbanyol :))

kami hanya akan dua minggu disini, dan saya memang berharap dia bisa menikmati waktu liburnya sebanyak dia bisa mengobati kangen yangti dan yangkungnya. untunglah mereka langsung akrab dan Esha bisa sering bikin mereka ketawa-ketawa.
saya jadi berharap hari ini adalah terus-menerus hari pertama kami di bandung...

besok sudah lebaran -yang sebenarnya memang agenda utama kunjungan kami- mudah-mudahan sesudah itu cuaca bisa cerah lebih lama supaya kami bisa jalan-jalan. sudah empat hari di bandung, baru satu kali bisa keluar rumah karena diluar itu hujan terus -_-"
kunjungan pertama adalah ke Museum Geologi. dulu Esha pernah kesana, tapi waktu itu dia masih bayim baru umur enam bulan :p kemarin dia sudah bisa tanya-tanya tentang kerangka dinosaurus, batu-batu fosil, dan segala macam yang dia lihat.
kalau cuaca bersahabat, pengen juga ajak dia ke Rumah Kupu-Kupu, Taman Lalu Lintas, dan baca-baca di Reading Lights.

i love this year's mudik so much. ecstatic! :)

Sunday, August 29, 2010

Bersama, Aku Bisa!

Sudah sebulan Esha sekolah, dan senangnya bisa lihat dia mulai menikmati kegiatan-kegiatan di kelas dan berani menggunakan fasilitas sekolah meskipun dia masih belum bisa berbaur dengan teman-temannya dan jadi sangat pendiam. Saya selalu menguatkan hati saya sendiri untuk tidak merasa kasihan melihat Esha duduk di pinggir dan tidak protes kalau teman-temannya naik meja menghalangi pandangan, karena dengan begitu saya bisa menguatkan dan menyemangati Esha untuk belajar mandiri, berani, dan pada akhirnya bisa membela diri. Saya juga lega karena sejauh ini dia bisa mengambil moral di akhir hari-hari sekolahnya dengan bercerita bahwa merebut mainan, memukul, mendorong, mencoret-coret itu tidak baik. Harapan besar saya, sebagai ibu, adalah dia akan terus bisa menggunakan akal sehatnya untuk membedakan mana yang baik, mana yang buruk. Mana yang boleh dan tidak. (dia memang baru dua tahun sembilan bulan sekarang, tapi dia akan jadi gadis remaja nantinya, and without a good head upon her shoulders, you know how scary that could be...)

Di rumah, Esha memperlakukan kertas dan alat tulis seperti yang dia mau, dan itu saja. Dia bukan penggemar buku mewarnai atau penyambung garis putus-putus. Kertas polos adalah yang paling cocok karena disitu dia bisa bikin apa saja semau dia. Lingkaran yang jadi kentang, oval yang jadi ikan, persegi yang jadi rumah, garis-garis yang jadi cacing... Tapi baru seminggu ini saya tahu bahwa koordinasi tangan dan mata-nya ternyata sudah sangat baik. Di sekolah ternyata dia bisa menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Mulai dari meronce potongan-potongan sedotan, menebali titik membentuk garis-garis miring dan lengkungan, sampai mewarnai huruf hijaiyah. Semua dia bereskan dengan rapi. Melihat bagaimana dia menangis waktu pertama kali disodori buku mewarnai dengan gambar apel, saya pikir dia pasti akan butuh bantuan saat mewarnai huruf, tapi ternyata dengan santainya dia memilih krayon kuning dan mewarnai dengan sangat rapi. Surprise! *oh i'm teary happy and proud of her :')*

Mudah-mudahan sesudah libur lebaran ini dia bisa lebih berani dan percaya diri untuk bersosialisasi dan bersuara lantang di kelas.

You've been doing great, girl. I'm so proud of you :* :)

Saturday, August 7, 2010

cerita tentang Vometa dan si 'S'

Seminggu yang lalu, tepatnya Minggu sore, Esha tiba-tiba muntah setelah maghrib. Awalnya saya pikir dia cuma masuk angin karena sempat ketiduran dekat kipas angin dan sebelumnya dia baik-baik saja. Ternyata sesudah itu dia muntah lagi dan lagi setiap perutnya diisi. Bahkan beberapa teguk teh manis pun bikin dia mual. Maka kami bawa dia ke DSA (dokter spesialis anak) terdekat karena kami sudah panik dan Esha belum pernah seperti itu sebelumnya. Bisa dibilang dia punya lambung tahan banting dan tidak pernah muntah meskipun beraktivitas sesudah makan. Sore itu ruang tunggu dokternya kosong jadi kami tidak perlu menunggu lama. Tapi ternyata DSA-nya samasekali nggak mengenakkan hati (saya). Setelah pemeriksaan singkat -dengan Esha yang menjerit-jerit tidak mau diletakkan di tempat tidur- si dokter bilang dia belum bisa memastikan apa yang sebetulnya terjadi karena muntah adalah gejala umum dari beberapa penyakit. Yang paling mungkin adalah infeksi saluran cerna atau awal dari diare. Saya sudah nggak bisa mikir dan pertanyaan yang tadinya penuh di kepala saya sudah *poof!* begitu saja. Tadinya saya mau tanya; kalau memang infeksi kenapa Esha tidak demam? kalau muntah yang sifatnya otomatis begitu apa gangguannya spesifik di lambung? Tapi sudah keburu ilfeel dan akhirnya sudahlah tebus saja dulu obatnya. DSA ini mempreskripsikan Vometa dan Biothicol. Yang terakhir ini antibiotik.

Sampai rumah saya cari informasi tentang balita-balita yang juga muntah mendadak. Kebanyakan dari mereka memang diberi Vometa, dan penyebab muntahnya macam-macam. Ada yang karena gangguan pencernaan, karena lendir yang tertelan setelah batuk-pilek, dan banyak lagi. Tapi yang pasti jangan sampai si anak dehidrasi karena akibatnya fatal (maka kemudian saya jadi paranoid.) Saya sudah membayangkan kemungkinan terburuk kalau si Vometa ini tidak manjur dan Esha tetap muntah; pergi ke rumah sakit dan Esha diinfus. Tapi alhamdulillah malam itu dia sudah bisa minum susu tanpa dikeluarkan lagi. Jangan tanya seperti apa rasanya tiap kali Esha minta minum (dia pasti kehausan sekali) dan melihat dia meneguk sedikit-sedikit airnya. Dia berhenti muntah tapi kemudian badannya menghangat. Saya bersikeras tidak meminumkan si antibiotik Biothicol ini karena diagnosa yang tidak jelas dan saya tidak mau meracuni Esha dengan obat yang tidak pasti. FYI, Biothicol ini diindikasikan untuk Infeksi yang disebabkan oleh Salmonella, H. Influenzae (terutama infeksi meningokokal), Rickettsia, organisme Gram negatif yang menyebabkan bakteremia (beredarnya bakteri dalam darah), meningitis (radang selaput otak). Aturan pakainya pun harus disesuaikan dengan berat badan pasien. How scary is that? Jadi saya simpan baik-baik saja di kotak hijau itu dan memilih parasetamol dan plester kompres demam untuk menurunkan panasnya. Keesokan harinya Esha sudah mulai cerewet lagi meskipun nafsu makannya menurun drastis dan dia masih trauma dengan mual-muntah yang bikin dia takut untuk minum atau makan banyak.

Alhamdulillah mulai empat hari kemarin dia sudah normal lagi :)

Tapi, sesudah sakit, dia jadi lebih manja. Akibatnya, waktu masuk sekolah lagi, dia minta ditemani di kelas lagi. Hiks. Padahal dia sudah mulai mandiri sebelumnya. Dan baru kemarin saya tau ketakutan dia selain pada anak-anak besar; takut tidak bisa. Oh, baby... Saya tau itu waktu gurunya membagikan buku mewarnai dan kotak crayon. Teman-temannya dengan antusias memilih crayon dan mulai mewarnai sementara dia malah menangis dan bilang pada saya, "Esha nggak mau buku sama crayonnya. Esha kan udah punya di rumah."
Saya bilang, "Sayang, yang di rumah itu buat belajar di rumah. Yang ini buat belajar di sekolah."
Akhirnya dia mau mewarnai tapi masih sambil berkaca-kaca dan minta dibantu. Saya lihat teman-temannya sudah jago-jago mewarnai. Begitu rapi dan berhati-hati. Jadi saya membesarkan hati Esha dengan bilang kalau dia juga pasti bisa kalau mau berlatih. Sayang sekali gurunya kerepotan mengejar anak-anak yang berlarian sehingga tidak punya waktu untuk menengok proses kerja muridnya satu persatu dan bertanya apakah mereka senang atau adakah yang bisa dibantu. Yah, namanya juga orang tua murid, pasti salah satu kerjaannya mengkritik guru :p

Lalu, siapakah si 'S'?
Ini adalah senjata salah satu guru di kelas Esha. 'S' adalah panggilan akrab untuk 'Syaiton' yang sudah dicanangkan sebagai musuh utama semua murid di Permata Hati. Kalau anak-anak sudah tidak bisa dikontrol (ada yang berlari-lari, ada yang rebutan mainan, ada yang membongkar kotak mainan, ada yang teriak-teriak) maka si ibu guru yang satu ini akan bilang, "Ayo yang tidak mau duduk jadi temannya si 'S'!" semua yang menjengkelkan adalah temannya si 'S'. Dan kalau sudah sangat jengkel, beliau akan menggambar si 'S' dengan taring dan mata melotot di papan tulis. Saya mulai bertanya; "Apakah ini sehat buat anak-anak? Apakah karena ini sekolah berbasis agama jadi sah-sah saja terus menerus menjadikan si 'S' ini sebagai ancaman buat anak-anak?"

Oh dear. Saya sedang berusaha jadi lebih dari sekedar kata hati.

Tuesday, July 20, 2010

Minggu Pertama Esha di Sekolah

Tiga kali pertemuan (Esha sekolahnya cuma 3 kali seminggu, memang :D ) dan masih minta ditemani di kelas. Jadi murid paling muda dan paling mirip bayi mungkin menguntungkan dan tidak pada saat bersamaan.


Hari pertama (13 Juli 2010)

Waktu semua anak-anak harus baris di depan kelas, Esha malah nangis dan minta digendong. Begitu banyak orang, banyak ibu-ibu. Crowded kayak di pasar, huehehehe, dan masih separo anak di kelasnya masih minta ditemani. Terbayang kan gimana padat merayapnya kelas Melati hari itu? Suara anak-anak nangis, jerit-jerit rebutan mainan, dan dua orang guru di kelas rasanya jauh dari memadai untuk situasi macam itu. Yang paling menjengkelkan, ada anak laki-laki berbadan besar yang tangannya ringan macam bulu; pukul, dorong, cubit, jambak. Lengkap. Esha yang mungil begitu juga jadi korbannya. Untung saya masih menemaninya, jadi bisa buru-buru saya peluk. Gurunya terlalu sibuk menurunkan anak-anak yang naik ke meja, mengeluarkan mereka yang masuk ke kotak bola-bola dan seolah sedang di taman ria, melerai anak yang berebut puzzle... Ya Tuhan. Energi dan emosi mereka pasti terkuras habis hari itu. Saya sangat mengerti. Tapi saya tetap mengharapkan kontrol yang lebih baik dari mereka. Seharusnya satu orang guru bisa berdiri di depan kelas, membawa alat musik atau boneka tangan dan mencoba memusatkan perhatian anak-anak padanya dan bukannya duduk di satu sisi kelas dan terus mengajarkan doa ke doa (Al-Fatihah, doa mau belajar, doa mau makan, doa selesai makan, doa mau pulang, doa naik kendaraan.) Sembilan puluh menit pertama sangat tidak efektif jadinya. Bukannya saya bilang mengajarkan berdoa itu tidak perlu, tapi sepertinya harus diterapkan cara yang lain supaya anak-anak tertarik dan mau mendengarkan.
Sepanjang hari itu Esha duduk merapat pada saya tapi syukurlah dia kemudian mau bersalaman dengan gurunya di akhir kelas dan mengambil bintang kertas dari depan kelas.

Hari kedua (15 Juli 2010)

Overall, semuanya membaik. Dia mau ikut berbaris meskipun masih harus nempel ke saya karena ketakutan lihat ada Vino (si tangan bulu) di sebelahnya. Di kelas dia mulai mau berbaur dengan teman-temannya, dan saya senang sekali karena mereka pintar-pintar (sudah mengenal warna, bentuk, lihai menyusun puzzle) dan yang paling penting Esha bisa lihat contoh dari mereka untuk berani memperkenalkan diri di depan kelas. Pulangnya dia sudah mau berbaris sendiri dan minta cap tangan dari gurunya.
Hari yang sama, begitu banyak orangtua yang bertanya pada saya berapa usia Esha. Mungkin karena dia kelihatan belum cukup umur untuk sekolah :D

Hari ketiga (17 Juli 2010)

Hari Sabtu, ayahnya libur dan ikut mengantar ke sekolah. Saya berharap dia jadi lebih semangat dan antusias menunjukkan ini dan itu pada ayahnya. Ternyata, dia malah melempem. Bahkan mogok di depan gerbang. Waktu berbaris dia menangis lagi dan minta pulang. Tapi setelah saya bujuk-bujuk, dia akhirnya mau masuk kelas dan meletakkan tasnya sendiri di rak. Hari itu menyenangkan buat dia karena sudah mulai ada lagu dan permainan di kelas dimana dia dengan gembiranya ikut berpartisipasi.
Tugas saya sekarang adalah membantunya untuk percaya pada dua gurunya dan berani untuk melepaskan diri dari saya pelan-pelan. Tentunya dengan catatan bahwa gurunya juga harus terus mengawasi Vino yang sudah jadi ancaman buat semua orangtua murid kelas Melati. What's wrong with the boy? Kenapa ibunya diam saja melihat anaknya begitu ringan tangan dan bolak-balik ditegur? It's none of my business but will surely be if he ever touches my daughter again.

Secara pribadi, saya sangat ingin bicara dengan guru kelas Esha dan berbagi pikiran tentang cara mengajar. Kurikulum sekolahnya seharusnya bagus, tapi kalau eksekutor-nya tidak, lalu apa gunanya? Saya tau betul seperti apa anak-anak yang baru pertama kali masuk ke lingkungan sekolah. Mengharapkan mereka bisa langsung mandiri dan menurut akan jadi terlalu melambung. Hari-hari pertama seharusnya adalah kesempatan untuk membangun kepercayaan antara murid-guru-orangtua. Icebreaking sangat perlu di saat-saat awal. Seharusnya ada momen intim, tenang, dan hangat. Membaca dongeng, roleplaying menggunakan boneka, dan terus menerus menyebutkan nama tiap anak bergantian seharusnya cukup untuk itu. Guru-guru Esha kelihatannya terlalu terpaku pada teks, kebiasaan, dan pakem yang mungkin sudah mereka lakukan bertahun-tahun.
Mungkin saya yang terlalu idealis? Terlalu protektif terhadap Esha?
Tetap saja, saya sangat ingin bicara dengan guru-gurunya. Tiap tahun anak-anak semakin pintar dan pasti selalu berbeda. Seharusnya perubahan di kelas juga layak diterapkan.


Tuesday, June 29, 2010

potty training yang berhasil :)

saya sudah sejak tahun lalu berniat mengajari Esha untuk pipis dan pup di toilet, tapi kok jadinya cuma wacana saja. akhirnya saya tetap terus memakaikan dia disposable diaper sambil memikirkan bagaimana nanti kalau dia sudah mulai sekolah, bagaimana kalau kontribusi saya untuk global warming terus meningkat akibat sampah popok, dan bagaimana kalau Esha jadi terus tidak terlatih untuk menahan diri agar tidak ngompol.

karena sejak beberapa hari lalu Esha sudah mulai fasih menggunakan toilet dan saya selalu coba untuk kasih dia waktu beberapa saat 'nongkrong' disana sebelum mandi - dan beberapa kali berhasil - maka kemarin saya betulan menjalankan niat saya untuk tidak memakaikan popok setelah mandi pagi. ternyata sukses besar! dia pipis sebelum tidur siang dan tidak ngompol sampai waktunya mandi sore. popoknya cuma dipakai selama dia tidur.

hari ini saya ulangi cara yang kemarin dan selalu saya ingatkan kalau dia kebelet harus bilang (biasanya dia baru bilang kalau sudah terlanjur ngompol :)) ). sukseeeesss. dia pipis di toilet lagi sebelum tidur siang. senangnyaaa... biarpun potty trainingnya kilat dan tanpa pispot tapi alhamdulillah sudah menampakkan hasil :D

Friday, June 11, 2010

sore itu...

... waktu saya dan suami sedang ngobrol tentang sekolah formal dan jam kerja, saya bilang, "wuahh... untung udah gak dikejar-kejar waktu dan jam. everyday's like sunday :D"

dan suami saya bilang, "nggak sadar ya kalau jadi ibu justru gak ada liburnya?"

Monday, June 7, 2010

when is the right time?

there were times when i really wanted to conceive and have another baby in the house. at those times i could really just try to make it happen. but the more Esha grows, the more discussion comes around my husband and i. things like if Esha is independent enough to be a big sister (the fact is we always know that she will always be ready to be a big sister whenever the time is. it's a natural process as long as the parents do their homework too), and whether we should expect the conceiving to happen after we move to our new house (which still takes LOTS of time to improve).

but the inconvenient truth my husband and i know is that we have fallen in love with Esha too much and been enjoying our every single second with her like crazy. we wonder if we could share our hearts. it doesn't sound fair to me (despite the fact that even the fertilization hasn't happened yet). probably him being the last child -and only boy- in his family and me being the first child in my family make us see this matter in different ways.

i don't know... i guess we're just not ready yet and that we're having too much fun with Esha at the moment and just wanting to seize our days with her for the time being. i believe the time will come for us to make the real decision and up our minds about it.

Saturday, June 5, 2010

thought of the moment

why do some parents say, "you're just a kid. you don't know what you want. just let me choose what's good for you." don't they learn that kids know better? why don't they spare some time to listen and talk rather than patronizing and dictating?

am i becoming one of the lousy parents?
hopefully not...

Friday, May 21, 2010

Ayo Sekolah! :)

Maka, tanggal 12 Juli nanti akan jadi hari bersejarah buat Esha: hari pertama sekolah. Yay! Dua hari lalu akhirnya saya ajak Esha untuk lihat-lihat calon sekolahannya. Di dekat rumah ada dua playgroup; PG Islam Permata Hati dan PG Soda Harapan (sampai sekarang saya masih bertanya-tanya, kenapa namanya Soda...). Tadinya saya cenderung daftarin Esha di PG Soda. Alasannya; lokasinya aman (di perumahan, jauh dari jalan raya), dan saya pikir bertemu teman-teman yang heterogen (beragam agama dan etnis) akan bikin dia belajar untuk lebih berpikiran terbuka dan tenggang rasa. Tapi ternyata sesudah berkunjung dan ketemu sama pihak sekolahnya, saya merasa PG Islam Permata Hati lebih nyaman untuk anak-anak dilihat dari ukuran ruangan kelas, dan chemistry saya dengan guru yang saya temui :D Iya, saya pikir nanti rasanya akan sama seperti berhubungan dengan dokter kandungan; harus nyaman untuk berkonsultasi dan harus bisa membantu saya untuk selalu semangat dan berpikir positif tentang perkembangan Esha. Waktu itu Esha nggak mau beranjak. Dia bilang, "Mau sekolah, bu... Mau ke sekolahan..." dan saya bilang dia belum bisa mulai, harus tunggu dua bulan lagi dan harus pakai seragam kalau ke sekolah. Akhirnya dia mau pulang.

Sebenarnya umur Esha masih belum cukup untuk mulai sekolah di PGI PH karena seharusnya toleransi usia paling dini disitu 2 tahun 8 bulan, sementara Esha per Juli baru 2 tahun 7 bulan (ah, beda sebulan aja, bu. hehehehe...). Tapi ternyata boleh (agak heran waktu gurunya bilang, "anak perempuan ya, bu. nggak papa mulai di 2,7 bulan." hm?) Tujuan terbesar saya memasukkan Esha ke sekolah -mungkin- mengasah kemampuan sosialisasinya. Karena, jujur, saya bukan contoh yang baik dalam hal ini buat dia. Soal dia akan jadi mandiri, berani, dan bisa mengenal dan melakukan hal-hal baru, saya yakin, pasti akan terjadi dengan sendirinya saat dia sudah siap.

Saya sudah bertemu banyak macam orang tua ketika dulu saya mengajar, dan saya tau saya mau jadi bagian dari mereka yang membiarkan anak-anaknya bahagia, gembira, tumbuh sehat, untuk kemudian bisa jadi anak yang berbakat dan cerdas. Saya tidak akan memaksa Esha untuk berjalan lebih cepat dari kemampuannya atau memilih apa yang dia tidak suka.

Hope she'll like the first day at school *praying hard*

Monday, May 17, 2010

weekend yang hemat dan menyenangkan

Senangnya kalau akhir minggu sudah datang. Hari Sabtu & Minggu waktunya berkumpul dan bersenang-senang sesudah seminggu ada di rummah dan kami cuma ketemu ayah sepulang kerja :) Tapi, jadi istri dan ibu juga harus bijak. Kalo tiap weekend foya-foya, bisa-bisa dua minggu di akhir bulan gak makan. Huehehehe...

Makanya, senang bisa tinggal di Surabaya, karena banyak taman yang layak untuk berakhir pekan dan menyenangkan buat anak-anak. Seringnya kami ajak Esha ke Taman Prestasi di pinggir Kalimas. Tamannya luas, bersih, fasilitasnya terawat, dan teduh. Permainan untuk anak-anaknya banyak dan ada monyet jinak yang bisa diajak main-main. Hihihi... Esha bisa puas main disana dan pulang dengan gembira. Minggu pagi bisa juga ke Taman Bungkul, enak buat olahraga dan lari-lari. Di pojoknya ada playground kecil, tapi sayang becek sesudah hujan.



Playground di mall juga menyenangkan, tapi hati-hati dengan kebersihannya. Terutama di area mandi bola. Teman-teman saya punya pengalaman tidak menyenangkan dengan fasilitas ini. Pulang dari mandi bola, anak-anaknya sakit dan penyakitnya pun bukan sekedar flu tapi kelumpuhan temporer dan luka mulut! Dokternya bilang kena virus. Jadi saya selalu ajak Esha ke playground mall yang tidak terlalu ramai, dan saya lihat dulu kondisi mainan-mainannya dan harus ingat untuk kasih antiseptik di tangan Esha sesudah dia main.

Aite, parents, selamat berakhir pekan :)

Tuesday, March 23, 2010

The Snowman (1982)

Esha suka nonton, tapi dia tidak suka nonton sendiri. Yang menurut saya adalah bagus. Akhir-akhir ini dia sudah bisa nonton beberapa film animasi sampai selesai. Sambil terus-terusan bertanya sepanjang film tentang ini siapa, itu siapa, dia kemana, dia sedang apa... hihihi. Dia menikmati gambar-gambarnya, tapi tidak yakin mengerti ceritanya. Sampai tadi pagi...

Sambil sarapan, kami cari-cari gambar snowman di internet dan menemukan satu film pendek di YouTube tentang si manusia salju ini. Judul filmnya The Snowman, dan ini adalah animasi klasik bertemakan natal yang dibuat tahun 1982. Testimonialnya bilang ini salah satu film kartun sepanjang masa yang sangat menyentuh. Bercerita tentang seorang anak laki-laki yang membuat manusia salju yang tiba-tiba hidup dan mengajaknya terbang melihat dunia berselimut salju dan menemui St. Claus. Ceritanya hanya berputar di satu hari dan satu malam dengan durasi 30 menit. Esha menikmati film tanpa dialog yang ilustrasi musiknya sangat bagus itu (full orkestra). Dia juga tidak banyak tanya seperti biasanya. Cuma sesekali berkomentar, "Oh! Manusia saljunya dikasih senyum!" atau "Wah! Manusia saljunya banyak!"

Tibalah di bagian sedihnya, waktu sudah hampir pagi dan si manusia salju mengembalikan si anak laki-laki ke rumah dan dia kembali berdiri di halaman. Saya perhatikan Esha mulai berkaca-kaca waktu mereka saling melambaikan tangan dan si anak laki-laki memeluk manusia saljunya sebelum naik ke kamar. Waktu hari sudah pagi, matahari ternyata bersinar terang dan... si manusia salju sudah hilang karena dia meleleh. Esha menangis. Sambil terisak dia tanya, "mana... orang... sal... ju... nya?" bikin saya kaget dan jadi ikut nangis. Hihihi. Dia pun saya peluk dan saya bilang kalau salju itu es dan tidak tahan panas, jadi meleleh kena sinar matahari. Kalau saljunya banyak, bisa bikin lagi yang baru.

Wow. Either filmnya sangat bagus, atau emosi Esha sudah berkembang banyak. Saya bertanya-tanya apa dia bisa merasakan persahabatan si anak laki-laki dan manusia saljunya yang sangat intens meskipun singkat, apa dia juga ikut kehilangan waktu matahari melelehkan si manusia salju?

All in all, The Snowman bagus untuk ditonton bersama keluarga. Ceritanya bagus, soundtrack-nya bagus, musiknya bagus. Five stars! :)
Kalau penasaran, ini dia bagian terakhir yang bikin Esha nangis. Hihihi... Enjoy.

Wednesday, March 17, 2010

menyelam

saya sedang menginterogasi diri sendiri dengan pertanyaan; "apakah kamu sudah cukup meluangkan waktu dengan Esha?" dan itu sudah cukup untuk menampar.

hari ini saya tau betapa buruknya manajemen waktu saya di rumah. melakukan hal yang sama berulang-ulang dengan ritme yang tidak berubah (saya tidak perlu melihat jam saking 'disiplin'-nya jadwal harian saya) tidak berarti semuanya berakhir baik dan hasilnya brilian. kenapa? karena saya juga seorang ibu, bukan hanya pekerja domestik. ibu harus tau bahwa setiap hari anaknya berubah; perasaannya, hatinya, pikirannya, sifatnya, setiap atomnya. seorang ibu tidak bisa mengurus anaknya dengan jadwal yang sama terus menerus setiap hari seperti dia memasak atau membersihkan rumah. segila apapun kerjaan rumah, seorang ibu tidak boleh mengabaikan apa yang sedang anaknya ceritakan. saya sangat mengerti itu sekarang.

hari ini saya belajar lagi dari Esha. mulai dari pagi-pagi waktu dia minta biskuit dan cuma dimakan setengah dan sisanya dibuang ke lantai. seperti biasanya, saya -si bad temper- langsung ngomel-ngomel. betapa kagetnya saya waktu Esha tiba-tiba bilang, "ibu, jangan marah-marah. ngomong aja." hah? dan dia bantu saya membersihkan remah-remah biskuit di lantai. ooooof course saya tertohok. sangat! darimana dia tau kata-kata seperti itu dan bisa mengatakannya di saat yang saaaangat tepat? bukan sesuatu yang buruk. samasekali bukan. saya cuma merasa dipentung di kepala dan sadar bahwa anak perempuan saya bukan anak kecil lagi.

lalu, dua jam sebelum makan siang, saya membereskan setrikaan yang menumpuk. "Esha main sama beruang dulu, ya? sambil liat video Dea? (FYI, Dea itu penyanyi kecil dari surabaya. lagunya gak aneh-aneh dan Esha suka)" dan Esha mengiyakan. tapi, baru beberapa baju disetrika, dia bilang "ibuuuu ayo main-main sama Esha..." dan saya -si repot- bilang, "iya, sebentar ya. sedikit lagi kok." padahal masih numpuk. beberapa menit kemudian dia panggil-panggil saya lagi dan mulai berulah.
YANG -SEHARUSNYA- SAYA LAKUKAN: mematikan setrika dan bermain dengannya
tapi, YANG SAYA LAKUKAN: terus menyetrika sambil membujuk dia untuk main lagi TANPA melihat wajahnya
akibatnya: dia jadi cranky dan menangis
waktu saya menggendong dan memeluknya, dia bilang "ibu, ayo main-main..." sekali lagi dia menubrukkan satu truk gandeng ke dada saya. jangan tanya apa rasanya.

yang terakhir adalah sebelum tidur siang. seperti biasa dia suka sekali melompat-lompat di tempat tidur. saya bilang, "ayo bobo dulu." dia malah makin gencar melompat dan tidak mau mematikan TV. akhirnya saya pura-pura tidur. dia berhenti melompat, lalu merebahkan kepalanya di dekat saya. wajahnya menghadap wajah saya. "Esha mau bobo sama ibu." katanya sambil mengusap-usap pipi saya dengan tangan mungilnya. semenit kemudian dia terlelap.

membaca apa yang saya tulis tadi pasti yang terbayang adalah betapa saya adalah ibu yang lalai, jahat dan tidak sayang anaknya. saya juga merasa begitu. padahal saya duapuluhempat jam bersamanya dan full mengurusi keperluannya. tapi apa? saya tidak peka. secara tidak sadar saya sudah memasukkannya ke daftar kerjaan saya sehari-hari dan lupa untuk meluangkan saat yang berkualitas dengannya. saya bisa bilang mungkin itu karena saya lelah, kacau, dan bodoh. tapi itu tidak bisa jadi alasan. tidak boleh jadi alasan. saya seorang ibu, dan ibu tidak punya alasan untuk tidak jadi ibu yang baik. karena kemampuan itu pasti ada di setiap ibu dan harus dijadikan prioritas dengan cara: selalu sadar.

lalu, tentu saja akan ada yang bilang; ibu juga manusia - bisa bikin salah. tapi kalau tidak pernah belajar dari kesalahannya? namanya dungu. jadi ibu tidak boleh dungu.

Esha sudah besar. dia akan segera jadi remaja dan saya tidak boleh lagi mengabaikan apa yang sebenarnya dia ingin sampaikan.

hari ini saya; telanjang dan babak-belur...

Wednesday, March 3, 2010

the "Thinking Chair"

When still a teacher at a toddler school in Surabaya, I used to share with this mother a lot. She was a teacher herself for a primary school. Her son was two years old when he entered my music class. Such a shy boy. For several first meetings he would just stand behind his dad and wouldn't move a bit, leave alone to sing or dance. But then we managed to crack his shell :)

I guess everyone would know who he got the shell from, since his mom was such a sanguine that we would hang around with all day conversing with. While his dad was this quiet neat man who sometimes made me laugh with his awkward movement when music played during the class (but he got my thumbs up for his hearty try to fire up his son).

Okay, back to the missus, we usually had a talk when she took her younger son to exercise his gross motor skill in the morning. She would ask me how my pregnancy was going and tell me how he got her both boys delivered. Then she would tell me that Clark -the shy big brother- could be such a rebel at home and wouldn't stop talking. And every time he made a mess, she wouldn't do the pinch or shout but just simply asked him to sit in his "thinking chair" for 10 minutes. then after that she would pop the question; "Have you found what you did wrong?" and problem solved with no war whatsoever.

I always sighed at the idea. Almost like the "time-out" rule on the Nanny 911.

Now I can't think of sighing anymore. Well, I DO sigh - not in relieve, but at the edge of exploding. I can't seem to apply the "thinking chair" policy with Esha. Not because she doesn't get the idea, but because I stress out upfront. Way to go, mom.
But, sometimes, I just can't say or do anything anymore when she rebels and choose to just leave her alone and sit on my own. Surprisingly, it works the same effect; she would stop the racket and come up to me to apologize.

Well, I guess that's her thinking chair and, yes, silence works better than shouting. That's when you're not in panic.

Saturday, February 20, 2010

Thought of the moment

"Giving up to and getting what your child is crying for isn't going to solve the problem. It's only the begining of a bigger stress. So, be firm but don't be mean."

Tuesday, February 16, 2010

Banyak Makan Tapi Tidak Gemuk [artikel Nakita]

saya yakin banyak ibu-ibu yang juga kepikiran, "kenapa ya si kecil kok berat badannya naiknya pelan banget padahal dia makannya lahap dan minum susunya banyak?" tenang, bu. jangan langsung berpikir si kecil kurang gizi atau tidak sehat (karena saya sendiri paling tidak suka berpikir demikian meskipun Esha awet mungil :) )
Artikel dari Nakita ini mungkin bisa membantu ibu mencari jawaban dari "kenapa" itu tadi.

Yang Penting: Sehat!

Meski anak-anak terlihat kurus atau pertumbuhan BB-nya tidak optimal, tapi kalau makannya bagus, orangtua tak perlu khawatir. Apalagi bila semuanya dipastikan baik, termasuk hasil pemeriksaan lab menunjukkan tidak ada penyakit, bisa jadi secara genetik anak memang tidak bisa gemuk. Selain itu, tinggi badan juga bisa membuat penampilan anak tampak kurus, yakni bila menurut umur, TB-nya lebih sementara BB-nya cukup. Namun, sekali lagi, selama tak ada yang mencurigakan dan anak pun jarang sakit, berarti tak ada yang perlu dicemaskan.

Kemampuan Anabolisme & Katabolisme

Sebetulnya, makanan hanya salah satu faktor yang mempengaruhi optimal tidaknya pertumbuhan anak. Masih ada faktor lainnya, seperti kemampuan tubuh untuk menyimpan sari-sari yang dianggap penting dari makanan yang masuk (anabolisme) dan kemampuan tubuh untuk menghancurkannya (katabolisme). Nah, pada masing-masing anak, kemampuannya berbeda. Jika kemampuan anabolismenya baik, maka makanan yang masuk dapat disimpan dengan baik pula dan akhirnya "jadi daging". Sebaliknya, anak yang sistem katabolismenya lebih tinggi, begitu makanan masuk, sebelum diserap pun banyak yang hancur. Kemampuan anabolisme dan katabolisme lebih bersifat genetis alias diwariskan secara turun-temurun.

Pada Esha, kasusnya mungkin sistem katabolisme yang lebih tinggi. Dari masih bayi, tiap asupannya banyak, langsung lancar "dibuang" lagi. Sampai ibu saya bilang dia mirip burung. Makan banyak - pup - makan banyak - pup. Hehehehe.
Tapi, ibu, tetap pantau asupan gizi-nya, ya. Terutama pada anak aktif. Makan banyak belum tentu gizi-nya baik juga, kan? Yang penting, tetap semangat menemani anak saat makan.

Semoga bermanfaat ya, bu :)

thought of the moment

When your children are being difficult or rebellious or won't be told, don't ever feel like giving up or turning your back on them. Because it's when they need you the most, and events like these will make the bond between mother-children even stronger and more unbreakable. So, stay and let them calm in your arms and you'll know that they just need you more than usual and, no matter how peculiar the way is, that's how they channel it out to you.

Sunday, February 14, 2010

"Ayah dan ibu sama pake baju biru!"

Esha is getting good at recognizing colors (this far, it's her biggest issue) and -of course- it delights us all. She also starts to enjoy making story up for herself when looking at pictures in her story books.

But sometimes it slaps me, knowing how much she's capable of, that the people around her expect too much from her. Too many progress wanted. I remember the times when I told myself to just let her grow with nature. But it seems that the world doesn't agree with the idea. I do love the thought of her going to school, but only to socialize - not to meet any academic standards. Yet, I heard that, now, a playgroup student should be able to recognize shapes and colors then the next year should master their fine motor skill to trace dots and tell the alphabets correctly (and when I was Esha's age I spent my days playing house with my mom and grandma).

Am I too worried? Am I scared? Living this far, I should've known by now that the world never goes static and everything in it evolves and grows and asks or is being asked for more.

Whatever happens, my love, I just want you to grow happy and healthy. That's all.

Wednesday, February 10, 2010

ngoooeeeng!

sesudah lihai menyalakan, mematikan, dan memutar gas sepeda listrik punya MbahTi-nya. tadi malam saya baru tau kalo Esha juga bisa menyalakan, mematikan, dan men-start mesin motor ayahnya. dengan ekspresi santai dan cool... cetrak, cetrek, suara mesin nyala.

buahaya...

Tuesday, February 2, 2010

Sepeda Ayesha


Horeee! Sekarang Esha sudah bisa mengayuh sepeda merah mudanya. Meskipun masih dengan susah payah dan lebih sering mundur ketimbang maju :))

Sepeda roda tiga ini hadiah dari Bude-nya untuk ulang tahun Esha yang pertama. Dulu didorong kemana-mana dan harus pakai "seatbelt". Sekarang, setahun kemudian, dia sudah bisa naik-turun dan berputar-putar sendiri. Sayangnya, di Surabaya, sepanjang hari selalu panas terik meskipun musim hujan dan sangat berangin menjelang malam. Jadi waktu untuk bermain sepeda di luar rumah tidak menentu; balapan dengan matahari :))

Kalau saja ibu juga punya sepeda pancal, kita bisa main sama-sama, Sha.


Monday, February 1, 2010

the sweetest thing :)

tadi siang, waktu saya baru selesai masak dan sedang melipat baju2, Esha tiba2 datang membawa mug kopi saya dan bilang, "ini ibu, minum dulu." oh my baby...

"ibu minum kupi, Echa minum air putih aja." :)

my heart got full and i love her. love her so much it makes me want to cry!

Monday, January 18, 2010

a broken-hearted mom

i miss my breastfeeding moments with Esha. the way her eyes stared into mine and her little fingers rustling my shirt while i held her so close to me. i even remember it when she had fever and i could feel her burning lips on my chest and that we both knew only the milk could put her at ease.

i miss her.

she's grown so much and after the weaning she seems to look for his dad for comfort rather than for me. then i've become a sentimental woman thinking that her baby girl doesn't need her anymore. of course everyone will say it's not true. but my heart won't be told. not now.

i wish i didn't have to be so emotional about all this and cry my heart out. but i can't. i miss her too much...

Wednesday, January 6, 2010

a song for the rainy days


"Come under my umbrella, umbrella, umbrella... Come under my umbrella, it's going to storm. There's thunder and lightning, and wind and rain. Come under my umbrella, it's going to storm."

Monday, January 4, 2010

menyapih adalah misi

ini malam kedua Esha tidur tanpa ASI dan hari pertama tidur siang tanpa “mimik…” alhamdulillah :)


saya tidak pernah menyangka menyapih bisa sesulit dan seberat ini, karena dari pengalaman ibu dan teman-teman saya kok kedengarannya mudah. ada yang pakai trik klasik semacam menempelkan plester di puting atau mengoleskan obat merah/lipstik dan bilang, “mama sakit, gak bisa kasih mimik.” dan anaknya pun akan berhenti minta atau sudah mundur duluan liat kantong kenyamanannya berubah tampilan. ada juga yang pakai olesan vitamin B kompleks biar pahit dan anaknya tidak mau minum. tapi saya -awalnya- bertekad untuk tidak pakai trik macam itu dan memilih ‘menyapih dengan cinta’ seperti kata teman saya. caranya; tidak “menolak” si anak dengan tipuan-tipuan optik tapi mencoba mengalihkan dia dari rutinitas menyusu dengan beraktivitas sampai dia kelelahan dan akhirnya tertidur sendiri sambil memberi pengertian kenapa dia sudah waktunya berhenti minum ASI. beberapa kali, berhasil. tapi cara ini juga membuat saya kelelahan. sesudah paginya mengerjakan segala macam, saya berharap bisa cepat-cepat istirahat waktu Esha tidur dan cara paling cepat untuk menidurkan dia adalah dengan ASI. disitulah letak faktor kegagalannya :p kurang niat dan usaha. self-weaning pun tidak mungkin diterapkan pada Esha. bisa-bisa dia baru berhenti sendiri umur tiga tahun. hehehe...

lalu saya akhirnya menyerah dan mencoba jalan pintas lewat plester. gagal total. Esha bilang, “lepas, ibu. lepas.” dan wajah pura-pura kesakitan saya pun tidak berguna. mom isn’t for real, dia tau. saya coba pakai obat merah. ide yang payah. gagal. Esha malah mengambilkan tissue dan bilang, “hapus ibu. obat merahnya hapus.” wahahahaha. you just can’t fool Esha.

akhirnya kemarin, saya dan suami saya bertekad untuk sungguh-sungguh menyapih Esha. teman-teman kami bilang, “paling rewelnya cuma dua-tiga hari.” dan ternyata level rewel tiap anak tidak sama. Esha ada di tingkat akut. kemarin malam dia menangis lama sekali sambil terus bilang, “mimik, ibu… mimik…” sampai suaranya tersendat-sendat oleh tangisan. kasihan. ayahnya lebih tidak tega lagi dan hampir menyerah. tapi harus kuat, harus konsisten. saya tercekat waktu bilang, “sayang, harus berenti mimik ibu bukan berarti ibu gak sayang Esha lagi, tapi karena Esha sudah besar dan sudah waktunya berenti.” sesudah minum susu formula, akhirnya dia mau digendong dan kami putarkan The Classical Children : Early to Bed. sukses! dia tidur lelap sampai pagi.

tadi siang: masih menangis menjelang tidur, jus buah, susu formula, dan buku cerita tidak mempan. dia menangis sampai matanya bengkak sampai akhirnya kelelahan dan ketiduran. malam ini: lancar :) cuma menangis sebentar. besok mudah-mudahan lebih lancar lagi sampai akhirnya dia lupa akan rutinitas ASI-nya.

weaning is a heart-breaking experience for all breastfeeding moms, i’m sure. tapi setelah bisa menguatkan hati, kita akan tau bahwa itu memang yang paling baik untuk si anak. nanti akan ada lagi masa-masa ‘perpisahan’ yang sama beratnya. mulai dari pisah kamar tidur sampai melepasnya untuk hidup dengan orang pilihannya. hmmm…

well done, Ayesha my apple :) we’re so proud of you and loving you even more each day.

Halaman-halaman Lain...

 

Blog Template by YummyLolly.com - RSS icons by ComingUpForAir