Pertengahan tahun sepertinya jadi titik rendah kesehatan Esha. Tahun lalu dia kena combo campak dan cacar, tahun ini giliran Roseola.
Minggu lalu, hari Selasa siang, tiba-tiba Esha demam waktu tidur siang. Saya temp, sampai 38°C. Tapi tidurnya nyenyak dan waktu bangun pun dia gak kelihatan sakit. Jadi saya biarkan tubuhnya berperang dulu sebelum saya kasih dia penurun panas. Makan tetap banyak, aktif seperti biasa. Malamnya panasnya makin tinggi (saya bersyukur Esha punya ambang demam yang tinggi jadi tubuhnya kuat melawan virus di suhu tinggi) jadi saya kompres dan kasih parasetamol. Alhamdulillah sebentar kemudian panasnya turun. Tapi sampai Kamis pagi demamnya naik-turun di kisaran 38-39,5°C. Sepanjang itu pula dia gak tampak sakit. Saya bersikeras untuk gak bawa dia ke dokter karena sebelum 72 jam hasil lab gak bisa dipakai untuk menegakkan diagnosa, lagipula Esha baik-baik saja. Dia cuma mengeluh matanya panas. Saya pikir itu karena dia demam saja.
Jum'at dia masuk sekolah lagi. Saya yakin dia sudah sembuh. Demamnya tidak kembali lagi. Dia cuma bilang perutnya agak kembung. Sabtu, pulang sekolah, matanya agak bengkak dan sorenya muncullah bercak-bercak merah persis campak di dada dan punggungnya. Langsunglah saya tau dia kena Roseola. Bercaknya bertahan dua hari. Menyebar ke leher dan muka tapi berangsur hilang.
Apa itu Roseola Infantum?
Ini penyakit yang sangat umum pada anak-anak. Disebabkan virus yang masih satu keluarga dengan herpes, campak, dan cacar. Tapi Roseola ini sangat ringan dan sebenarnya tidak perlu perawatan khusus (menjelaskan ciri khas-nya yang tidak memperlihatkan tanda sakit pada anak walau demamnya tinggi.) Umumnya menyerang anak umur 6 bulan sampai 3 tahun. Tapi bisa juga saat anak sudah masuk usia sekolah seperti Esha.
Penularannya lewat udara, liur, bersin, batuk. Masa inkubasi-nya dua minggu.
Gejala awalnya adalah demam yang mendadak tinggi selama 2 sampai 3 hari. Pada kebanyakan kasus, pada fase ini anak tidak tampak sakit. Tapi bila daya tahan tubuhnya lemah mungkin menunjukkan tanda khas infeksi virus seperti meler, batuk, badan linu. Hanya sedikit anak yang sampai terkena kejang saat demam Roseola. Ini sebabnya fase demam harus diawasi dengan pemberian obat turun panas, kompres hangat, dan minum yang banyak. Saat terjadi demam ini pula masa penularan berlangsung.
Setelah tiga hari, demam berhenti. Kemudian muncullah bercak merah yang lebar dan pudar bila ditekan. Kadang timbul dan dikelilingi garis putih. Ini yang membedakan Roseola dari campak yang mengeluarkan bercak justru saat demam sedang tinggi. Bercak ini adalah saat virus sudah tidak aktif. Tidak ada lagi penularan. Umumnya bercak Roseola tidak mengganggu anak tapi bisa disertai gangguan pencernaan, nafsu makan menurun, dan mata bengkak.
Saat bercak muncul dan demam hilang, bila anak tetap aktif, dia sebetulnya sudah boleh keluar rumah atau bahkan masuk sekolah. Tapi orang-orang pasti freak out karena bercaknya lumayan tampak parah meskipun sebenarnya si anak sehat. Jangan panik karena paling lama cuma berlangsung tiga hari.
Anak yang sudah terinfeksi Roseola berarti sudah imun dan tidak akan terinfeksi lagi meskipun sedikit kasus menunjukkan pengulangan saat dewasa.
Jadi, moms, jangan panik duluan kalo anaknya demam. Kasih waktu untuk antibodinya melawan si kuman. Jangan buru-buru bawa ke dokter sebelum 72 jam (kalo gak mau dikasih antibiotik radang tenggorokan :p) dan kalau ternyata penjahatnya adalah virus, tidak ada obat -apalagi antibiotik- yang ampuh kecuali antibodi si anak sendiri yang harus di-boost lewat makanan, air putih, jus, vitamin c, dan istirahat.
Semoga bermanfaat ya, moms :)
Monday, June 11, 2012
Roseola Infantum
Posted by bu anis at 12:56 AM 6 comments
Labels: balita, demam, parenting, roseola, roseola infantum, sakit
Friday, January 21, 2011
Maaf, dok. Tidak hari ini.
Mungkin akan terdengar bodoh, tapi saya ibu yang tidak menjadikan dokter sebagai solusi ketika anaknya sakit. Kalau perawatan di rumah masih bisa dilakukan, itu akan jadi pilihan pertama. Mungkin karena selama Esha tinggal di Surabaya dia ke dokter hanya untuk imunisasi, dan dua kali pertemuan karena sakit yang hasilnya sangat tidak menyenangkan buat saya. Maka jadilah saya ibu yang skeptis (mungkin sampai ketemu DSA yang cocok.)
Beruntung sekarang bertukar informasi bukan hal yang sulit. Kalau anak sakit, Google jadi rujukan pertama untuk mencari tahu apa yang ibu-ibu lain lakukan ketika anaknya mengalami hal yang sama. Senangnya banyak ibu-ibu yang juga tidak langsung mencekoki anaknya dengan obat-obatan. Bukankah tubuh manusia sudah diciptakan untuk membangun bentengnya sendiri ketika diserang penyakit sampai ke tingkat tertentu, dimana intervensi dokter dan obat baru diperlukan.
Pengetahuan dasar untuk orangtua semacam; bahwa demam adalah tanda tubuh sedang melawan virus dan biarkan terjadi sampai batas 38 derajat Celcius, bahwa flu disebabkan virus dan tidak dibutuhkan obat (apalagi antibiotik) untuk menyembuhkannya karena tubuh sudah menyediakan penawarnya ketika dibarengi makan, cairan, dan istirahat yang cukup, bahwa bersin dan batuk adalah cara tubuh mengeluarkan benda asing dan tidak harus selalu dianggap sakit - adalah hal-hal yang seharusnya disebarkan supaya orangtua tidak mudah panik saat anaknya sakit. Menemui dokter adalah hal yang harus dilakukan kalau demam berlanjut lebih dari 48 jam, anak kehilangan tenaga atau kesadaran, dan tidak mampu menerima makanan dan cairan yang cukup.
Ketika Esha batuk atau pilek, neneknya akan panik dan segera menyuruh saya membawanya ke dokter. Lalu saya akan lagi dan lagi menjelaskan bahwa perawatan di rumah sudah cukup. Memang kasihan melihat anak sekecil Esha batuk-batuk dan hidungnya meler, tapi memang begitulah cara tubuh mungilnya membantu dia mengeluarkan penyakitnya. Saya biasanya kasih dia minum yang banyak dan obat batuk-pilek (Actifed atau Triaminic). Selama dia bisa beraktivitas seperti biasa dan nafsu makannya tidak menurun drastis, saya masih bisa tenang.
Bukannya saya tidak percaya dokter, tapi saya lebih yakin pada apa yang Tuhan sudah berikan untuk semua orang : tubuh dan segala sistemnya yang luar biasa DAN insting seorang ibu untuk tau kapan ia harus membawa anaknya ke rumah sakit dan kapan rumah adalah tempat perawatan terbaiknya.
Friday, February 6, 2009
waktu Esha sakit
semua orang tua pasti berharap anaknya selalu sehat, tapi sakit adalah sesuatu yang alami. gak bisa dihindari dan pasti akan terjadi. jadi, orang tua harus selalu siaga dan bisa mengantisipasi.
seumur hidupnya, Esha sudah dua kali sakit. dua-duanya flu, batuk-pilek. di riwayat kesehatannya, dia memang punya alergi; debu dan dingin. sama seperti ayah-ibunya. lendirnya akan jadi sangat produktif kalau kena alergen. karena dia lahir di bandung, yang notabene udaranya cenderung dingin, alerginya terpicu di bulan ke-3. tapi cepat reda. waktu pindah ke surabaya, sudah hilang acara hidung mampet-nya di pagi hari.
akhir bulan ke-9, dia ketularan flu dari ayahnya. itu pertama kalinya badannya demam. karena belum berpengalaman, saya panik dan kuatir. punya buku pegangan pun jadi percuma (saya kebetulan punya Baby Book-ya dr. Sears yang sebenarnya sangat handy dan menenangkan). buru-buru dibawa ke dokter, dan dia disarankan diuap buat bantu ngeluarin lendirnya.
sepuluh menit terapi, dia gak berenti nangis dan meronta-ronta. padahal dia punya tiga sesi lagi. tapi saya dan ayahnya gak tega, dan memutuskan untuk mencukupkannya disitu. akhirnya kami ajak Esha ke tempat pengobatan dengan seni pernafasan, dan Alhamdulillah tiga hari kemudian lendirnya sudah banyak berkurang. Esha cuma perlu banyak cahaya matahari pagi, doa, dan energi positif. apapun menyembuhkan kalau kita percaya. saya setuju dengan hypnotherapy; kasih anak kita kata-kata penyemangat, ucapan-ucapan positif, jangan bikin dia tambah down atau merasa makin gak enak saat dia sakit. karna semakin kita menyemangati dia untuk sembuh, kita juga jadi semakin kuat menghadapi masa sakit si anak.
kedua kalinya Esha kena flu di bulan ke-13, saya sudah tidak panik lagi. bahkan saya gak bawa dia ke dokter karena saya takut nanti dia cuma dikasih antibiotik dan disuruh terapi uap lagi. jadi di rumah saya angetin terus dada dan punggungnya, selalu sedot ingusnya (tentunya dia nangis, tapi saya harus tega. lebih baik 'jahat' jangka pendek daripada 'jahat' jangka panjang :p), dan kasih banyak air putih, makanan berkuah (meskipun dia susah sekali makannya).
saya ibu yang beruntung, karena Esha gak pernah rewel kalau sakit. paling kalau gak enak badan dia cuma minta ASI. iya, dia bener-bener tahan banting. sejak masih di dalam perut. tapi kasian juga liat ketegaran dia kadang-kadang. pengennya ya bilang, "ngeluh aja kalo sakit, nduk..." tapi apapun, saya bersyukur punya Esha. mwah mwah mwah!
moms, selalu kuat dan positif ya kalo anak lagi sakit. biar si kecil cepet sembuh :)