Friday, January 21, 2011

Maaf, dok. Tidak hari ini.

Mungkin akan terdengar bodoh, tapi saya ibu yang tidak menjadikan dokter sebagai solusi ketika anaknya sakit. Kalau perawatan di rumah masih bisa dilakukan, itu akan jadi pilihan pertama. Mungkin karena selama Esha tinggal di Surabaya dia ke dokter hanya untuk imunisasi, dan dua kali pertemuan karena sakit yang hasilnya sangat tidak menyenangkan buat saya. Maka jadilah saya ibu yang skeptis (mungkin sampai ketemu DSA yang cocok.)

Beruntung sekarang bertukar informasi bukan hal yang sulit. Kalau anak sakit, Google jadi rujukan pertama untuk mencari tahu apa yang ibu-ibu lain lakukan ketika anaknya mengalami hal yang sama. Senangnya banyak ibu-ibu yang juga tidak langsung mencekoki anaknya dengan obat-obatan. Bukankah tubuh manusia sudah diciptakan untuk membangun bentengnya sendiri ketika diserang penyakit sampai ke tingkat tertentu, dimana intervensi dokter dan obat baru diperlukan.

Pengetahuan dasar untuk orangtua semacam; bahwa demam adalah tanda tubuh sedang melawan virus dan biarkan terjadi sampai batas 38 derajat Celcius, bahwa flu disebabkan virus dan tidak dibutuhkan obat (apalagi antibiotik) untuk menyembuhkannya karena tubuh sudah menyediakan penawarnya ketika dibarengi makan, cairan, dan istirahat yang cukup, bahwa bersin dan batuk adalah cara tubuh mengeluarkan benda asing dan tidak harus selalu dianggap sakit - adalah hal-hal yang seharusnya disebarkan supaya orangtua tidak mudah panik saat anaknya sakit. Menemui dokter adalah hal yang harus dilakukan kalau demam berlanjut lebih dari 48 jam, anak kehilangan tenaga atau kesadaran, dan tidak mampu menerima makanan dan cairan yang cukup.

Ketika Esha batuk atau pilek, neneknya akan panik dan segera menyuruh saya membawanya ke dokter. Lalu saya akan lagi dan lagi menjelaskan bahwa perawatan di rumah sudah cukup. Memang kasihan melihat anak sekecil Esha batuk-batuk dan hidungnya meler, tapi memang begitulah cara tubuh mungilnya membantu dia mengeluarkan penyakitnya. Saya biasanya kasih dia minum yang banyak dan obat batuk-pilek (Actifed atau Triaminic). Selama dia bisa beraktivitas seperti biasa dan nafsu makannya tidak menurun drastis, saya masih bisa tenang.

Bukannya saya tidak percaya dokter, tapi saya lebih yakin pada apa yang Tuhan sudah berikan untuk semua orang : tubuh dan segala sistemnya yang luar biasa DAN insting seorang ibu untuk tau kapan ia harus membawa anaknya ke rumah sakit dan kapan rumah adalah tempat perawatan terbaiknya.

2 comments:

dita said...

Jeng Annis,
saya mulai menerapkan self healing setelah mengecap tinggal di Belanda.
disana, kalau batuk pilek lalu pergi ke dokter, dokter pasti cuman ngasih vitamin, menyuruh istirahat dan kembali lagi apabila 3 hari tidak sembuh.
kenapa ya semenjak itu saya merasa obat2an itu hanya produk komersial, membuat tergantung dan tentu saja ada efek sampingnya.
sehingga... saya senang sekali Esha diajari self healing seperti itu.
dan percayalah (bukan promosi atau MLM), semenjak give up daging dan ayam, saya sudah tidak membutuhkan lagi decolgen, dan lain2nya.

bu anis said...

betul, tante Dita.
dokter disini kebanyakan cuma "jualan obat" dan bukannya ngasih tau cara jadi sehat jangka panjang. kadang2 di rumah juga pake obat herbal.
tentang daging dan ayam, i should really think of giving them up permanently.

thank you for swinging by, tante.
mudah2an kita selalu dikasih kesehatan :)

Halaman-halaman Lain...

 

Blog Template by YummyLolly.com - RSS icons by ComingUpForAir